Menteri PPN: Investasi akan menjadi andalan dalam pencapaian target pertumbuhan ekonomi 2024

Jakarta, Mimbarjurnalis.com – Investasi akan menjadi andalan dalam pencapaian target pertumbuhan ekonomi 2024 disampaikan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Suharso Monoarfa.

“Salah satu sumber pertumbuhan kalau dilihat dari pengeluaran investasi, kita berharap pertumbuhan bisa sampai 6,2% sampai 7%. Atau setidaknya bisa dilakukan realisasi PMA dan PMDN sekitar Rp1.450 hingga Rp1.650 triliun,” kata Suharso dalam Keterangan Pers usai Sidang Kabinet Paripurna, Kamis (2/3/2023).

Suharso menjelaskan, pada 2024, skenario planning yang disusun Bappenas, target pertumbuhan ekonomi adalah 5,3% hingga 5,7%. Kemudian tingkat kemiskinan bisa ditekan antara 6,5% hingga 7,5%, tingkat pengangguran terbuka 5,0% hingga 5,7%.

Lanjut Manoarfa, Rasio Gini diharapkan akan sebesar 0,374, Indeks Pembangunan Manusia diharapkan bisa lebih baik 70-74, penurunan emisi gas rumah kaca ditargetkan 27,27%, nilai tukar petani 108, nilai tukar nelayan hingga 110.

“Tema RKP 2024 yang telah disetujui adalah mempercepat transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Suharso.

Suharso menjelaskan, investasi pada 2024 diharapkan tumbuh 6,2% sampai 7%. Ia pun berharap produktivitas sektor pertanian, UMKM, dan industri manufaktur terus tumbuh. Sektor tersebut diharapkan bisa menjadi pengungkit dalam pertumbuhan ekonomi.

“Kita juga berharap tingkat produktivitas UMKM, pertanian dan industri manufaktur yang diharapkan bisa menjadi pengungkit atau enabler dalam pertumbuhan ekonomi,” terang Suharso.

Terkait sektor kesehatan, Menteri PPN membeberkan empat penyakit yang menyedot pembiayaan BPJS Kesehatan terbesar. Penyakit tersebut adalah yang tingkat kematiannya tinggi.

“Di samping itu ada peningkatan pelayanan terhadap penyakit katastropik. Apa itu? penyakit berat yang fatality (kematian) tinggi, sekalipun insidensinya tidak terlalu tinggi. Ada 4 penyakit dengan beban pembiayaan BPJS yang terbesar, yaitu jantung Rp10,3 triliun, kanker Rp3,5 triliun, stroke Rp2,5 triliun, dan gagal ginjal Rp2,3 triliun,” ungkap Suharso.

Dikarenakan kanker jadi penyakit yang banyak diidap perempuan, Bappenas kemudian mengusulkan kepada Kementerian Kesehatan untuk membeli Mammografi, yang jadi salah satu cara deteksi dini kanker payudara.

“Salah satu program misalnya yang diusulkan Bappenas ke Kemenkes, disepakati Kemenkes yaitu membelikan alat Mammografi sehingga ibu-ibu di seluruh Indonesia bisa mendapatkan pelayanan pemeriksaan yang lebih awal,” ujarnya.

Menurutnya untuk kanker stadium 1 dan 2 masih bisa ditangani. Namun jika memasuki stadium 3 dan 4 membutuhkan upaya yang lebih berat. “Karena kalau kanker ini stadium 1 stadium 2, masih bisa ditangani. Tapi kalau stadium 3, 4 amat berat, Pungkasnya.

Sumber:infopublik.id